Infodesaku-Bogor -
Bertempat di aula Desa Ciasihan, Selasa (08/10/'13), Kelompok Peduli Lingkungan
Waskita Hayat sekaligus pengurus Desa Wisata Ciasihan Waskita Hayat, menggelar
saresehan dan sosialisasi tentang Desa Wisata yang dipadukan dengan Model
Kampung Konservasi kepada seluruh jajaran pemerintahan Desa Ciasihan termasuk
RT, RW, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta masyarakat penggarap lahan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) khususnya, yang bertajuk "DESA
WISATA YG BERINTEGRASI DGN PELESTARIAN LINGKUNGAN DLM MODEL KAMPUNG
KONSERVASI". Bertindak sebagai narasumber dihadirkan dari dua lembaga,
yaitu Dinas Budaya dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kabupaten Bogor, dan dari Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kegiatan ini digelar dalam rangka
membumikan pemahaman tentang konsep Desa Wisata kepada seluruh masyarakat,
dimana seluruh elemen yang ada di masyarakat betul-betul dilibatkan sebagai
pelaku dari pariwisata tersebut. Demikian papar Sudiono sebagai pemateri
pertama dari Disbudpar, yang merupakan salah satu kepala bidang disana.
Kemudian dia melanjutkan, bahwa Desa Wisata adalah upaya pengembangan
pariwisata yang benar-benar berbasis pemberdayaan masyarakat. Seluruh potensi
yang ada di desa tersebut, seperti potensi alamnya, pertaniannya,
perkebunannya, peternakannya, seni budayanya, situs-situs sejarahnya, serta
kulinernya benar-benar dioptimalisasi dan dikembangkan untuk kemudian dibuat
paket wisata yang bisa dijual kepada wisatawan baik domistik maupun turist
asing. Dilanjut pemaparan tekhnis disampaikan oleh Rudi Kasi, demikian beliau
akrab disapa para jurnalis, dan ditutup oleh Bu Eka, salah seorang staff ahli
dibidang pengembangan Desa Wisata Kabupaten Bogor. Dia lebih mengarah pada
pengalaman-pengalaman dan beberapa sampling Desa Wisata yang telah sukses lebih
dulu, semisal beberapa Desa Wisata di daerah Jogja, "di Junrejo salah satu
Desa Wisata di daerah Jogja, mereka berjuang, dan mengembangkan Desa Wisata,
setelah tiga tahun baru mendapatkan tamu pertama mereka, itu pun tidak banyak.
Namun sekarang omset mereka lebih dari 500 juta per tahun, sungguh luar
biasa", terang Eka menyemangati, yang sontak disambut dengan tepuk tangan
seluruh peserta yang hadir. Sementara itu dari Taman Nasional, Iwan Setiawan,
kepala resort Gunung Bunder, menyampaikan, yang bisa disinergikan antara
pengelola Desa Wisata Ciasihan Waskita Hayat ini dengan Taman Nasional adalah
diantaranya beberapa objek wisata semisal air terjun, perkebunan pinus yang
bisa digunakan untuk bumi perkemahan, serta menyangkut lahan-lahan Taman
Nasional yang digarap oleh masyarakat. "Menyangkut beberapa objek wisata
yang masuk areal Taman Nasional, salah satu yang harus dimiliki pengunjung
adalah simaksi (surat izin masuk kawasan konservasi), tekhnisnya nanti diatur
oleh Taman Nasional dengan Waskita Hayat", terang Iwan, sementara itu
mengenai penggarap lahan Taman Nasional, ada mekanisme yang memungkinkan dan
bisa dikerjasamakan antara penggarap yang diwakili oleh lembaga Waskita Hayat,
dengan membentuk kelompok yaitu Model Kampung Konservasi (MKK), sehingga
melalui MKK ini aktifitas penggarap akan bisa di monitor, dan dilakukan
pembinaan secara berkala. Adapun kegiatan-kegiatan yang bisa mulai dilakukan,
yaitu upaya-upaya konservasi alam, menghijaukan kembali hutan, membuat
persemaian-persemaian, bahkan setelah benar-benar berjalan mekanisme
kelompoknya, MKK ini bisa dijadikan salah satu paket wisata juga oleh pengurus
Desa Wisata Ciasihan Waskita Hayat, yaitu paket wisata edukasi konservasivasi
alam, pungkas Iwan. Kegiatan saresehan diakhiri dengan penyerahan cendera mata,
dan foto bersama empat lembaga, Desa Ciasihan, Disbudpar, TNGHS, serta pengurus
Desa Wisata Ciasihan sekaligus Kelompok Peduli Lingkungan Waskita Hayat. -
Den's.
Posting Komentar
Silahkan Anda Beri Komentar Pada Berita Ini, Sebagai Penyemangat Kami Dalam Memberikan Berita Terbaik Untuk Anda