Infodesaku | Garut - Kemarau menyebabkan sejumlah
sungai dan anak sungai di Garut mengalami penyurutan debit air secara drastis.
Sungai Cimanuk contohnya, mengalami penurunan debit air sampai sekitar 98
persen.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten
Garut, Uu Saepudin, mengatakan biasanya ketinggian permukaan air Sungai Cimanuk
di Pintu Sungai Cimanuk di Kecamatan Bayongbong mencapai 90 centimeter.
“Tetapi hari ini tinggi permukaan Sungai Cimanuk mencapai
1 centimeter saja. Artinya suplai air dari hulu-hulu sungai tinggal sedikit
sekali. Tidak bisa dipastikan sampai kapan ini bisa bertahan,” kata Uu, Jumat
(26/6).
Karenanya, Uu mengatakan membuka lebar-lebar pintu air ke
Daerah Irigasi Cimanuk sehingga seluruh airnya masuk ke saluran irigasi. Kini,
aliran di Daerah Irigasi Cimanuk masih normal dengan debit air 1.700 liter per
detik.
Sebelum sampai ke pintu Daerah Irigasi Cimanuk, katanya,
aliran air Sungai Cimanuk sudah dimasukkan ke pintu Daerah Irigasi
Baranangsiang sebanyak 600 liter per detik dan Daerah Irigasi Cadas Gantung
sebanyak 150 liter per detik.
“Semuanya dipakai untuk saluran irigasi secara maksimal.
Makanya, permukaan air Sungai Cimanuk tinggal tersisa 1 centimeter. Suplai air
di sungai ini tergantung pasokan dari hulu di Pegunungan Papandayan,” katanya.
Bendung Copong yang tengah dibangun, katanya, mendapat
suplai air tambahan dari sejumlah cabang atau anak sungai Cimanuk. Karenanya,
cadangan air masih tersedia walaupun pada batas memprihatinkan.
“Padahal musim kemarau baru beberapa minggu. Nanti ke
depannya lihat saja, apakah cadangan air di hulu sungai masih bisa mengalirkan
air ke Sungai Cimanuk atau tidak,” katanya.
Jika debit air di daerah irigasi menipis, ucap Uu,
pihaknya akan mengatur penyaluran air secara berkala dan bergantian ke seluruh
lahan pertanian. Dengan demikian, semua sawah akan kebagian air walau sedikit.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Garut, Edi
Muharam, mengatakan sejumlah daerah di Garut mulai dilanda kekeringan. Bahkan
dikhawatirkan hal ini akan mengakibatkan terjadinya rawan pangan.
Menurut Edi, dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut,
terdapat sekitar 15 kecamatan yang terancam kekeringan. 15 kecamatan ini bahkan
juga terancam dilanda rawan pangan akibat para petaninya mengalami gagal panen.
Dari 15 kecamatan yang paling berpotensi kekeringan
akibat kemarau, ujarnya, sebagian besar berada di wilayah utara Garut yang
merupakan daerah tadah hujan, di antaranya Kecamatan Baluburlimbangan,
Malangbong, Cibiuk, Cibatu, dan Selaawi.
Sedangkan di bagian selatan Garut, kecamatan yang
berpotensi mengalami kekeringan di antaranya Kecamatan Caringin, Mekarmukti,
Bungbulang, Pakenjeng, dan Cikelet. | BAKTI
Posting Komentar
Silahkan Anda Beri Komentar Pada Berita Ini, Sebagai Penyemangat Kami Dalam Memberikan Berita Terbaik Untuk Anda